Selasa, 12 November 2013

UMKM Harus Rajin Berinovasi


Kepala Disperindagkop Kota Pekalongan, Drs. Supriono MM meminta pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bersiap diri menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang. Menurutnya, tidak ada yang harus ditakuti dari kebijakan tersebut.
"Tidak perlu takut pasar bebas, tetapi pelakuk UMKM harus melakukan setidaknya tiga hal. Menjaga mutu produksi, menentukan harga kompetitif dan selalu melakukan inovasi", katanya disela-sela "Workshop Pengembangan Pemasaran Sistem Online" di STMIK Widya Pratama.



 Inovasi, kata Supriono, bisa dilakukan dalam dua hal. Yakni dari sisi produk atau desain inovatif dan inovasi dari sisi pemasaran produk. "Pemasaran melalui Internet, itu kan lebih mendunia, selain tentu efektif dan efisien," katanya menambahkan.


Kota Pekalongan sendiri, katanya sudah mendorong dan membantu pelaku UMKM dengan memfasilitasi pemasaran dan menggelar sejumlah pameran. Termasuk memiliki kelompok binaan yang sudah melakukan pemasaran online, dengan program.
"Kami juga sudah bekerjasama dengan PT Agung Podomoro Group dan beberapa UMKM sudah memiliki tempat di sana. Untuk online kelompok ada di Pasar Grosir Setono, Buaran Batik Center serta Kampung Batik Pesindon dan Kauman," katanya.
Dia juga berharap, workshop tidak berhenti hanya formalitas semata. Tetapi benar-benar bisa diaplikasikan dalam usaha UMKM yang dilakukan peserta workshop. "Makanya, dipilih peserta yang belum memiliki pemasaran online, harapannya pelatihannya tidak hanya formalitas," katanya mengingatkan.


Tentang kami


Daftar Produk dan Harga

Proses Produksi Bandeng Montok

Cara Pemesanan

Profil perusahaan kami

oleh-oleh khas pemalang bandeng montok
Bandeng Montok



Bandeng Presto





oleh-oleh khas pemalang
Aneka Abon : Abon Bandeng, Abon lele, Abon Tuna




oleh-oleh khas pemalang
Nugget Bandeng

Kandungan Gizi Ikan Bandeng



Bandeng (Chanos chanos Forsskål) adalah ikan pangan populer di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (bersama enam genus tambahan dilaporkan pernah ada namun sudah punah). Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa Inggris milkfish)



Mereka hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan cenderung berkawanan di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut selama 2–3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau berair payau, dan kadangkala danau-danau berair asin. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak.

Ikan muda (disebut nener [ IPA: nənər ]) dikumpulkan orang dari sungai-sungai dan dibesarkan di tambak-tambak. Di sana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan cepat. Setelah cukup besar (biasanya sekitar 25-30 cm) bandeng dijual segar atau beku. Bandeng diolah dengan cara digoreng, dibakar, dikukus, dipindang, atau diasap.

Ikan bandeng disukai sebagai makanan karena rasanya gurih, rasa daging netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika dimasak. Kelemahan bandeng ada dua: dagingnya 'berduri' dan kadang-kadang berbau 'lumpur'/'tanah'.


Duri bandeng
Duri bandeng sebenarnya adalah tulang dari bandeng. Duri ini mengganggu kenikmatan dalam memakan dagingnya. Gangguan ini dapat diatasi dengan penggunaan panci bertekanan tinggi (presto atau autoklaf) dalam waktu tertentu, sehingga duri ini menjadi lunak dan dapat dihancurkan jika dikunyah.

Bau lumpur

Bau lumpur pada bandeng banyak dialami pada bandeng yang diambil dari tambak. Bandeng yang dipelihara di karamba hampir tidak berbau. Penyebab gejala bau lumpur adalah beberapa plankton Cyanobacteria, terutama dari genus Oscillatoria, Symloca, dan Lyngbia, yang menghasilkan geosmin. Apabila ikan tinggal di tempat yang kaya geosmin atau memakan plankton ini, dagingnya akan memiliki cita rasa tanah.

Bau lumpur dapat diatasi paling tidak dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan memelihara ikan selama 7—14 hari dalam air mengalir bebas biosmin sebelum dijual. Cara kedua adalah dengan perlakuan pemberian asam tertentu.

Kandungan Gizi dalam Bandeng, Nutrisi dan Kalori Kadar air (gram per 100g) 70,85
Kandungan kalori Makanan (kkal per 100g/3.5oz) 148
Kadar protein (gram per 100g) 20,53
Kadar lemak (lipid) (gram per 100g) 6,73
Kadar abu (gram per 100g) 1.14
Karbohidrat konten (gram per 100g) 0
Dietary Fiber konten (gram per 100g) 0
Kadar gula (gram per 100g) N / A

Mineral Nutrisi dalam Bandeng

Kalsium (Ca) content (mg per 100g) 51
Besi (Fe) (mg per 100g) 0,32
Magnesium (Mg) konten (mg per 100g) 30
Fosfor (P) content (mg per 100g) 162
Kalium (K) konten (mg per 100g) 292
Natrium (Na) kadar (mg per 100g) 72
Seng (Zn) (mg per 100g) 0,82
Tembaga (Cu) kadar (mg per 100g) 0,034
Mangan (Mn) (mg per 100g) 0.02
Selenium (Se) content (μ per 100g) 12,6
Vitamin Nutrisi dalam Bandeng

Vitamin C (Ascorbic Acid) kadar (mg per 100g) 0
Konten thiamin (vitamin B-1) (mg per 100g) 0,013
Riboflavin konten (vitamin B-2) (mg per 100g) 0,054
Konten Niacin (vitamin B-3) (mg per 100g) 6,44
Asam pantotenat konten (vitamin B-5) (mg per 100g) 0,75
Vitamin B-6 konten (mg per 100g) 0,423
Folat konten (mg per 100g) 16
Asam Folat konten (mg per 100g) 0
Makanan konten Folat (mg per 100g) 16
Folat konten (DFE per 100g) 16
Vitamin B-12 konten (mg per 100g) 3.4
Vitamin A konten (mg per 100g) 100
Vitamin A konten (Int. Unit, IU, per 100g) 30
Retinol konten (mg per 100g) 30
Vitamin E (alfa-tokoferol) konten (mg per 100g) N / A
sumber gizi 

Fakta Ikan Bandeng vs Ikan Salmon

Ikan Bandeng
Ikan Salmon



Ada fakta menarik yang mulai di ungkap oleh media baik media elektronika maupun media cetak, terkait kandungan ikan salmon dan ikan bandeng. 


Ikan Bandeng ditengarai memiliki kandungan gizi yang jauh lebih baik dibandingkan ikan Salmon yang mendunia itu. Kandungan Omega-3 ikan Bandeng ternyata enam kali lebih tinggi dibandingkan ikan Salmon. Dan, kandungan lemak ‘sehat’ dalam perut ikan bandeng juga cukup tinggi sehingga bisa menjadi pilihan terbaik ikan konsumsi.

Sebagaimana kita ketahui selama ini ikan Salmon dianggap memiliki kandung Omega-3 tertinggi. Sebaliknya, ikan Bandeng dianggap sebagai ikan biasa–biasa saja. Tak sehebat ikan Salmon yang begitu banyak diperbincangkan perihal keunggulannya.
Akibatnya harga ikan Salmon harganya menjadi sangat mahal (lebih dari Rp. 400.000,- per kilogramnya) dan hanya dijual di supermarket besar dan untuk segmen pasar menengah atas. Sementara, ikan Bandeng dianggap sebagai ikan murahan yang dijajakan di pasar-pasar tradisional kelas bawah.

Pertanyaannya adalah kenapa demikian? Hal tersebut ternyata banyak dipengaruhi oleh faktor promosi dan kepiawaian para pedagang untuk menggarap pasar. Negara-negara produsen ikan Salmon dengan sengaja menggarap ‘brand’ ikan Salmon sebagai ikan berkualitas, mahal dan mewah. Berbagai media dipergunakan untuk mengangkat ‘derajat’ ikan tersebut dengan cara mencitrakan sebagai ikan yang luar biasa.

Bahkan, mereka membangun mitos, cerita dan analisis ilmiah untuk mendongkrak citra ikan Salmon menjadi ‘selangit.’ Hasilnya, memang sungguh luar biasa. Hampir semua orang di seluruh penjuru dunia mengenal ikan yang banyak terdapat diperairan Amerika tersebut sebagai ikan berkelas atas. 
Fakta sebaliknya, justru terjadi pada ikan Bandeng. Meskipun potensi gizinya lebih baik dan budidaya produksinya lebih mudah. Ternyata, citra ikan Bandeng justru terpuruk dan berada di bawah. Ikan Bandeng justru dikenal sebagai ikan murahan yang dikesankan sebagai ikan ‘berbahaya’ kalau dimakan karena banyak durinya. Indonesia sebagai salah satu negara produsen terbesar ikan Bandeng. Selama ini hanya dikenal sebagai eksportir ikan Bandeng untuk umpan pemancingan ikan Tuna yang harganya tentu murah. Tidak lebih dari itu. Mengenaskan memang!

Padahal, kalau mau serius menggarap citra ikan Bandeng sebagai ikan berkualitas yang murah (tapi tidak murahan), kita bisa menjadi penguasa dunia ikan konsumsi. Produksi ikan Bandeng yang melimpah tentu bisa menjadi andalan ekspor produk ikan budidaya.

Soal duri yang selama ini menjadi faktor negatif ikan Bandeng sebenarnya bukan lagi menjadi hambatan. Karena sudah bisa diproduksi ikan Bandeng tanpa duri atau bandeng cabut duri. Kita juga memiliki aneka cara dan teknik memasak ikan Bandeng. Yang selama ini telah melahirkan menu-menu bandeng bercita rasa tinggi, misalnya: Bandeng Presto, Otak-otak Bandeng, Bandeng Asap dan berbagai menu lainnya yang cukup menggiurkan selera.

Bila kita menyadari, ikan Bandeng ini hanyalah salah satu contoh betapa potensi perikanan, pertanian dan agribisnis lain yang demikian besar akhirnya tersisih dalam persaingan pasar dunia. Satu hal, hanya karena ketidakmampuan kita berpromosi dan menggarap pasar.

Dengan fakta terbaru ini mulai sekarang hendaklah kita jangan memandang dan menilai sesuatu hanya dari sebelah mata atau hanya karena harga yang murah dan kurang populer sehingga pola pikir kita terbangun hanya dari opini akibat gencarnya propaganda atau promosi.